PAMEKASAN CHANNEL. Masjid Agung Asy-Syuhada berada di Jalan Mesigit No. 23, yang merupakan salah satu masjid terbesar dan termegah di Kabupaten Pamekasan, Madura.
Masjid Agung Asy-Syuhada Pamekasan ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya.
Masjid ini dibangun pada masa Ronggosukowati, yang dalam perkembangannya dinamakan Masjid Agung Asy-Syuhada.
Masjid Agung Asy-Syuhada terletak berdekatan (sebelah barat) monomen arek Lancor Pamekasan ini memiliki arsitektur yang unik dan indah.
Masjid ini menjadi pusat kegiatan beribadah dan kegiatan sosial masyarakat. Dan juga menjadi tujuan wisata religi yang populer di Pamekasan.
Singkatnya, pada tahun 1530 Masehi, Pangeran Ronggosukowati diangkat sebagai Raja Keraton Pamelingan Pamekasan. Ia menggantikan ayahnya, Pangeran Bonorogo yang wafat di tahun tersebut.
Sebagai raja pertama yang beragama Islam, kemudian Ronggosukowati mendirikan masjid yang dikenal dengan nama Masegit Rato atau masjid raja.
Masjid itu dibangun cukup sederhana dengan kapasitas jemaah 40 orang lebih sebagai syarat sah pelaksanaan ibadah salat Jumat kala itu.
Masjid Raja telah mengalami beberapa kali perubahan, sebelum namanya dipatenkan menjadi Masjid Agung Asy-Syuhada Pamekasan.
Beberapa hari lalu, Ketua Takmir Masjid Agung Asy-Syuhada Pamekasan, Sahibuddin menceritakan perubahan nama Masjid Raja menjadi Masjid Agung Asy-Syuhada dilatarbelakangi perang pejuang asal Madura yang menolak pendudukan Belanda di Pamekasan pada tahun 1947.
“Para pejuang atau syuhada yang mempertahankan wilayah Madura banyak berguguran dan mereka dikuburkan di depan masjid agung ini, tepatnya di area monumen Arek Lancor,” kata Sahibuddin, Senin (17/3/2025).
Sejak tahun 1974 sampai 1976, kuburan mayat para pejuang itu digali kembali untuk dipindahkan ke taman makam pahlawan di Jalan Raya Panglegur, Kecamatan Tlanakan.
“Untuk menjadi kenangan bahwa di depan masjid ini pernah menjadi pemakaman pahlawan, maka Masjid Jamik berubah menjadi Masjid Agung Asy-Syuhada,” ungkapnya.
Saat ini, Masjid Agung Asy-Syuhada berdiri megah di pusat Kota Pamekasan setelah mengalami renovasi dan perluasan sejak 1942 hingga 1976.
“Luas dalam masjid Asy-Syuhada 50×50 meter. Ada penambahan serambi di sisi kanan dan kiri. Kemudian dibangun dua lantai, dengan kapasitas 4.000 jemaah,” terangnya.
Sahibuddin menyampaikan seiring berjalannya waktu, Masjid Agung Asy-Syuhada berkembang menjadi pusat kegiatan keislaman.
Bahkan, pengurus Masjid Agung Asy-Syuhada menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap kegiatan di masjid tersebut bisa diakses melalui live streaming.
“Kita mengelola lembaga pendidikan. Ada kegiatan dakwah dan sosial kemasyarakatan. Ada kegiatan salat lima waktu, kajian keislaman, dan sebagainya,” tandasnya.
Penulis : Idrus Ali
Editor : Mulyadi