PAMEKASAN CHANNEL. Kabar duka menyelimuti keluarga besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, salah satu mantan rektor periode 2016-2022, Mohammad Kosim meninggal dunia di usia 56 tahun, Jum’at (2/5/2025).
Sosok yang bukan sekadar guru besar bidang Pendidikan Agama Islam, melainkan teladan nyata dari seorang pendidik yang istiqamah, tekun, dan tak pernah berhenti berkarya, bahkan hingga akhir hayat.
Selama memimpin, ia dikenal tegas dan berwibawa, bahkan sempat menempati dua status berbeda sebagai pimpinan di IAIN Madura, yakni sebagai Ketua STAIN Pamekasan (sebelum alih status) periode 2016-2018, serta Rektor IAIN Madura, periode 2018-2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Beliau merupakan salah satu inisiator terjemahan al-Qur’an ke dalam Bahasa Madura, yang dilakukan jajaran akademisi di lingkungan IAIN Madura, dan di launching oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin di Auditorium Rasyidi Kemenag RI Jl MH Thamrin, Jakarta, Kamis (13/12/2018) silam.
Semasa hidup, Prof. Kosim dikenal sebagai pribadi sederhana namun luar biasa dalam konsistensinya. Ia nyaris tak pernah absen menunaikan salat berjamaah di masjid kampus, sebuah kebiasaan yang telah lama menjadi bagian dari rutinitasnya.
Dua tahun terakhir menjelang kepergiannya, Prof. Kosim aktif menulis artikel di berbagai media, khususnya di kolom website iainmadura.ac.id.
Tulisan-tulisan beliau tentang pendidikan agama Islam bukan sekadar opini, melainkan buah pemikiran yang matang dari pengalaman panjang beliau sebagai dosen, peneliti, dan akademisi.
Dalam setiap tulisannya, terselip semangat pencerahan dan ajakan untuk mendalami nilai-nilai keislaman dalam konteks pendidikan modern.
Yang paling menyentuh, di ujung usianya, Prof. Kosim masih dengan rutinitasnya menulis naskah buku. Kali ini beliau menyiapkan penerbitan buku berjudul “Teori Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” yang merupakan kumpulan artikel mahasiswa pascasarjana, murid-murid beliau.

Bagi beliau, naskah tersebut sangat istimewa sehingga beliau kurasi dan sunting sendiri dengan sangat telaten. Buku itu bukan sekadar kompilasi akademik, melainkan refleksi dari semangat beliau dalam membimbing mahasiswa menulis dengan baik dan menjadikan karya mereka bermanfaat luas.
Ironis dan sekaligus menggetarkan, buku tersebut rampung dicetak tepat bersamaan dengan kabar kepergian beliau. Seolah menjadi penanda, bahwa semangat Prof. Kosim adalah pesan moral yang dalam: “jangan pernah berhenti berkarya hingga ajal menjemput. karyamu akan membuatmu kekal meski jasad sudah terkubur dalam tanah.”
Duta Media Publishing, penerbit langganan beliau, menjadi saksi akan komitmen beliau di dunia literasi. Naskah-naskah yang beliau kirim selalu rapi, minim revisi, dan sarat makna. Nyaris tidak pernah diedit ulang. Beliau sangat teliti dan tahu betul apa yang ingin beliau sampaikan. Ini menjadi bukti dedikasi dan kedisiplinan beliau di bidang literasi, yang tidak semua akademisi mampu teladani.
Kini, Prof. Kosim telah tiada. Namun karya-karyanya, dedikasinya, dan keteladanan hidupnya akan terus hidup dalam ingatan dan tindakan generasi setelahnya. Ia membuktikan bahwa kematian bukanlah akhir bagi mereka yang hidup melalui ilmu dan amal. Kita kehilangan sosoknya, tapi tidak kehilangan warisan intelektualnya.
Kini, Prof. Kosim telah tiada. Namun karya-karyanya, dedikasinya, dan keteladanan hidupnya akan terus hidup dalam ingatan dan tindakan generasi setelahnya.
Ia membuktikan bahwa kematian bukanlah akhir bagi mereka yang hidup melalui ilmu dan amal. Kita kehilangan sosoknya, tapi tidak kehilangan warisan intelektualnya.

“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Selamat jalan, Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag., karyamu akan terus mengalirkan pahala, dan inspirasimu takkan lekang oleh waktu.”
Penulis : Idrus Ali
Editor : Redaksi